20 Oktober 2011

Kesayangan yang digantikan



Pagi hari, saat ku buka kedua mataku aku langsung melihat kearah jam beker ku. Aku melihat jam telah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Aku pun terkejut dan terjatuh. Sejenak ku memikirkan, jika
aku pergi sekarang “akankah aku dihukum guruku??” atau jika aku tak sekolah “akankah mama marah kepadaku??”. Pertanyaan itu terus mengulang-ngulang di pikiranku sampai-sampai aku lupa memakai sabun saat mandi.


Satu jam telah ku lewati, aku tetap saja bingung. Pertanyaan itu pun masih menghantuiku. Sesaat kemudian, terdengar suara hentakkan kaki dari arah depan kamarku. Aku semakin takut dan gugup. Suara hentakkan kaki pun semakin mendekat dan membuatku semakin takut. Dengan tangannya, perlahan-lahan mama membuka pintu kamarku. Namun, aku telah berencana untuk membohongi mama. Karena aku takut nantinya mama akan marah kepadaku.


Saat mama masuk kekamar ku, aku pura-pura tak mendengarnya. Dengan herannya mama terdiam dan berkata “ sayang, mama gak salah kan ?? dan aku pun menjawab “ salah apa ma ?? ” mama berkata lagi “ sayang, hari ini kamu disuruh datang pagi ya ?? dengan lagak bingung aku menjawab “ hah, pagi ma ?? ini kan sudah jam 08.00 WIB, kok pagi sih ma ??. Mendengar jawaban itu, mama tertawa dengan girangnya. Tapi , aku tak mengerti apa maksud mama menertawakanku.

Selesainya mama tertawa, mama baru memberitahuku bahwa jam beker kamarku sedang rusak. Huhh, untung saja itu palsu kalo misalnya asli sudah pasti aku dimarahi mama. Kejadian itu membuat aku jadi selalu memerhatikan jam bekerku. Karena , aku takut kejadian itu terulang kembali.


Sesampainya disekolah, teman-teman ku sudah banyak yang datang. Mereka heran dengan kedatangan ku yang tumben-tumben nya pagi. Aku tau mengapa mereka melihatku dengan wajah heran. Tapi aku tetap biasa saja walau dalam hati, aku geli dengan kejadian yang aku lakukan tadi. Satu persatu mereka mendekatiku, mereka bertanya “ada hal apa aku datang pagi ??”. Sebelum aku menceritakan kepada mereka, aku mencari posisi terlebih dahulu agar ceritaku jadi cerita yang menarik bagi mereka.

Dipertengahan cerita, saat lagi heboh-hebohnya tertawa guru Matematika pun datang. Aku langsung terdiam dan berhenti tertawa. Namun, salah satu dari temanku yang mendengar ceritaku masih saja tetap ngelotot untuk mendengarkan ceritaku selanjutnya , karena ceritaku belum selesai. Dengan penasarannya Ibu guru juga ingin mendengarkan ceritaku tadi. Jadi, terpaksa aku harus menceritakan didepan kelas dihadapan semua teman-temanku. Aku senang, karena aku menjadi orang yang pertama bercerita didepan kelas dihadapan semua teman-teman ku.

* * * * *

Pulang Sekolah, aku sangat senang karena melihat tingkah teman-temanku tadi. Bagi ku ini adalah sebuah momen yang akan selalu aku ingat sepanjang hidupku, dan takkan pernah aku lupakan dipengalaman hidupku.

Selangkah demi selangkah, aku menyusuri jalan yang bebatuan dengan beralaskan sepatu kulit. Panasnya Matahari bagaikan berada diatas kepalaku. Tiba-tiba dari kejauhan aku melihat seorang anak membawa sebuah benda yang tak aneh bagiku. Aku berkata dalam hati “itu seperti bantal ku !!”. Semakin dekat, seorang anak itu tampak jelas dengan bantal kusam, jelek, dan bau yang ada ditangannya. Ketika aku berpapasan dengannya, aku terus memandangi bantal yang dipegang erat oleh seorang anak jalanan yang tidak aku kenal. Tapi, aku tak berani untuk menanyakan padanya ‘bantal siapa itu? Dan dapat dari mana?’.

Sudah hampir sampai, seorang anak jalanan itu pun sudah tak terlihat lagi dari mataku. Sepintas bayangan bantal kesayangan ku lewat didepanku. “Aku punya pirasat buruk dengan bantalku, aku harus cepat pulang !!” kata hatiku.

Dengan langkah cepat akhirnya aku sampai dirumah, nafasku terengah-engah tak beraturan. Aku langsung membuka pintu tanpa Assalamualaikum lagi. Mama yang lagi menonton diruang tengah, heran dengan tingkahku yang aneh. Mama bertanya “ada apa sayang?? Kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini??”. Aku terus saja berlari menuju kamarku, tak ku hirau kan apa yang mama katakan.

“Gubrakk….” Ku buka pintu kamarku, dan ku lemparkan tas kesudut kamarku. Aku pun langsung mencari bantal yang sama persis dibawa oleh seorang anak jalanan itu. Kucari-cari bantal kesayangan itu tapi tak kutemukan juga.
Aku bertanya pada mama “ma, bantalku mana??”
Mama menjawab “bantal apa sayang?? Bantal kusam, jelek, dan bau itu ya ??”
“Iya ma” ucapku dengan wajah sedih.
“sayang mama minta maaf, bantalnya mama kasihkan sama anak jalanan tadi siang” kata mama.
“apa?? Tadi siang ma?? Sanggahku.
“jadi, itu tadi memang benar bantal kesayanganku” ujarku dalam hati.
“mama kira itu sudah tidak kamu perlukan lagi sayang, kamu kan sudah dewasa apa kamu tidak malu punya bantal kusam, jelek, dan bau seperti itu??” ucap mama.

Aku terdiam dan merasa kehilangan. Bantal kesayanganku yang dari kecil sampai sekarang aku jaga kini, jauh dariku untuk selamanya. Tak ada lagi tempat curhatku, tak ada lagi tempat aku menangis, dan tak ada lagi tempat aku tertidur lelap dalam mimpiku. Semua tinggal kenangan bagiku.

Saat mama keluar dari kamarku, aku menangis sampai tertidur. Tak sadar saat terbangun dari tidurku, aku sudah terselimutkan dan terlihat mataku sembab dan tubuhku panas. Mama bilang, mama merasa bersalah karena telah memberikan bantal kesayanganku kepada seorang anak jalanan. Tapi aku tak menyalahkan mama, karena dari dulu mama sudah membujukku untuk meninggalkan bantal itu namun, aku tetap saja menolak bujukan mama. Jadi, terpaksa mama pakai cara lain yaitu mengambil bantalku tanpa sepengetahuanku.
* * * * *

Keesokkan harinya, aku tak sekolah karena sakit. “mama pergi kekantor dulu ya sayang” kata mama. “iya ma, jangan lama ya ma” jawabku. Dirumah aku kesepian, hanya suara alam dan tv yang menemani kesendirianku. Aku masih saja teringat dengan bantal kesayanganku yang saatku sakit selalu didekatku. Tapi, sekarang tidak lagi bantalku sudah bersama dengan seorang anak jalanan.

Tak lama kemudian, mama pulang. Mama pulang dengan wajah gembira, dan ditangannya membawa sebuah bingkisan yang sangat besar. Aku heran ‘apa yang dibawa mama?’. Mama juga tak bicara apa yang ada ditangannya. “ma, itu apa?” tanyaku. “oh, ini untuk kamu sayang sebagai ganti dari bantal kamu yang mama berikan pada anak jalanan itu” jawab mama. “makasih ma, aku sayang mama” ucapku. “sama-sama sayang, jangan sedih lagi ya” ujar mama.

Setelah aku mendapat bingkisan dari mama yang berupa sebuah boneka cantik yang besar, aku jadi lupa dengan bantal kesayanganku. Aku pun selalu bermain dengan boneka baruku. Dan mulai dengan kehidupan baru bersama boneka baru tanpa bantal kesayangan.


THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar